Tradisi Pesta Dadung di Desa Legokherang yang Masih Lestari
Seputar Kuningan - Masyarakat di berbagai desa di Kabupaten Kuningan, memiliki tradisi
unik yang masih bertahan hingga sekarang. Meski di tengah keterbatasan
biaya, namun mereka tetap berusaha melestarikannya. Salah satunya adalah
pesta dadung di Desa Legokherang, Kecamatan Cilebak. Tradisi pesta
dadung ini sudah berlangsung turun temurun dan menggunakan tali atau
dadung yang masih sama seperti pendahulunya.
Pesta dadung atau disebut juga pesta budak angon (anak gembala, red)
adalah sebuah tradisi turun temurun yang tetap terjaga kelestariannya
oleh masyarakat Desa Legokherang. Tradisi yang sudah berusia ratusan
tahun ini digelar tiga tahun sekali. Karena unik dan jarang
diselenggarakan, warga setempat dan sekitarnya memilih menghentikan
segala aktivitasnya hanya untuk sekadar menyaksikan perhelatan langka
tersebut. Bukan hanya warga yang tinggal di desa saja melainkan juga
para perantau memilih untuk pulang lebih dulu guna menyaksikan pesta
dadung.
Dan kali ini, pesta dadung tersebut dihadiri oleh Bupati H Acep
Purnama yang datang bersama rombongan termasuk Kepala Disdikbud Dr H
Dian Rahmat Yanuar MSi, Kabag Humas Dr Wahyu Hidayah MSi, dan Kabid
Promosi pada Dinas Disporapar Hj Nani Rusnani. Acep nampak senang bisa
bertemu warganya yang tinggal di perbatasan Kabupaten Kuningan dengan
Cilacap, Jawa Tengah. Saat datang, panitia pesta dadung menghadiahkan
iket yang langsung dikenakan oleh bupati dan rombongan. Bahkan bupati
sempat menari bersama masyarakat di acara pesta dadung yang berlangsung
meriah itu.
Sekretaris Desa Legokherang Daris memaparkan, pesta dadung dilakukan
tiga tahun sekali lantaran keterbatasan biaya. Dia dan masyarakat di
desanya tidak tahu kapan kali pertama pesta dadung dilangsungkan. “Kami
hanya ingin melestarikan tradisi peninggalan leluhur ini. Dan pesta
dadung ini kami selenggarakan tiga tahun sekali karena menyangkut biaya
yang lumayan besar. Sama seperti tradisi lainnya, pesta dadung juga
bermakna sebagai rasa syukur ke Allah SWT atas hasil melimpah dari
panen,” papar Daris.
Dadung atau tambang raksasa berwarna hitam ini, terang dia, terbuat
dari ijuk yang dililit menjadi tambang. Dan tambang ijuk ini merupakan
sebuah benda pusaka yang sudah lama dijadikan sebagai simbol dalam
setiap acara pesta dadung. Meskipun dadung ini bukan benda keramat yang
memiliki kekuatan mistis, tapi keberadaanya tetap dijaga dan dirawat
sebaik mungkin layaknya benda keramat. “Sampai sekarang dadung ini masih
kuat dan kami gunakan. Warnanya hitam dan terbuat dari ijuk. Karena
berusia ratusan tahun, kami meyakini jika dadung ini memiliki kekuatan
mistis,” imbuh dia.
Tak hanya dadung berwarna hitam yang digunakan dalam acara tersebut,
namun juga kolotok (lonceng yang biasa dipasang di leher kerbau, red).
Kolotok ini terbuat dari kayu yang dipahat membentuk lonceng. Dulu,
setiap kerbau di desa ini di lehernya pasti tergantung kolotok. Hanya
saja sekarang sudah mulai hilang tradisi tersebut. “Kenapa kerbau
dipasang kolotok? Jawabannya adalah agar kerbau dapat diketahui
keberadaannya saat dilepas di ladang. Sebab kerbau biasanya dilepas di
ladang rumput, sementara pemiliknya menunggu di bawah pohon,” jelas dia.
Kehadiran Bupati H Acep Purnama SH MH disambut meriah oleh masyarakat
Desa LegokHerang. Bupati juga diberi ikat kepala oleh kades
Legokherang. “Melestarikan seni dan budaya merupakan tanggung jawab
bersama, bukan hanya pemerintah saja. Dan mari kita bersama-sama
mempromosikan tradisi ini. Semoga saja pesta dadung ke depannya akan
menjadi daya tarik untuk program pariwisata dan kebudayaan Kabupaten
Kuningan,” ajaknya. (radarcirebon.com)
Post a Comment